Novel Oryzaee Kun Fayakun Cinta.

Kunfayakun Cinta
Karya oryzaee


Ku buka sedikit demi sedikit mataku yang masih terasa sangat berat untuk ku buka, rasa kantuk yang begitu membuat selimut enggan meninggalkanku. Terdengar sayup-sayup kumandang adzan subuh yang membuatku harus bangun,
" Ecca! Ayo bangun ... kita subuhan..."
suara yang khas terdengar, ya begitulah cara ayah membangunkankku.
" ya "
Dengan nada lirih aku menjawab dan berjalan dengan lesu menahan kantuk. Segera ku ambil air wudzu, ku sentuh air wudzu dengan membaca ayat-ayat niat untuk berwudzu, ku basuh muka yang terasa segar dan menghilangkan rasa kantukku.
Jam 06.30 yang artinya aku harus segera berangkat ke kampus untuk masuk jam pertama yang paling menyebalkan, karena harus berangkat pagi artinya aku harus berdesak-desakkan di bus.
Ya, bus. Walaupun jika dilihat dari segi materi alhamdulillah aku tidak kekurangan. Seringkali orangtua menginginkan untuk mengantar bahkan membelikan kendaraan pribadi untuk keperluanku, tapi sering kali juga aku tolak dengan alasan yang simple karena takut jika aku punya kendaraan sendiri pasti aku akan jarang ada dirumah karena sibuk menjelajah.
Dan alasan kedua aku paling anti untuk di antar kekampus because mereka mengantar pake mobil yang paling membuatku tak mau teman- temanku tau, karena aku nggak mau mereka berteman denganku karna aku ini anak siapa, berpangkat apa. Yang aku mau mereka tulus berteman denganku karena pribadiku dan tulus itu yang paling penting.
Yapz dan dugaanku benar ku setop bus dan aku dapat posisi yang paling mengerikan tepat berada di ambang pintu karna sesak dengan penumpang, maklum jam sepagi ini waktunya orang beraktifitas berangkat kerja, sekolah , ngampus sepertiku, dll.
Dengan supir bus yang ugal-ugalan yang saling kejar mengejar bus lain untuk saingan setoran, banyak celotehan yang keluar dari mulut penumpang bus, " ati-ati to pak-pak...wong bawa manusia banyak yang punya nyawa" suara ibu-ibu yang sudah lansia.
" ojo oyak-oyaan to pir-pir, alon-alon wong rejeki yo wes ono seng ngator(jangan kejar-kejaran donk supir, pelan-pelan rejeki sudah ada yang mengaturnya)" suara penumpang lain.
Aku hanya terdiam dengan seerat mungkin berpegangan dengan wajah yang tegang dengan terus berucap di dalam hatiku
"ya Allah mudahkan dan lindungi aku".
Akhirnya aku sampai dengan selamat di kampus. Kampus masih sepi karna memang masih terlalu pagi, hanya ada beberapa kendaraan yang sudah terparkir dan beberapa orang yang mondar mandir di kampus.
Sambil menikmati suasana pagi dan kampus yang masih sepi belum terkotori dengan polusi, aku berjalan perlahan menuju kelas yang berada di lantai dua kampusku dan itu kelas favoritku karena di sana aku bisa melihat pemandangan hijau desa-desa dan laut yang indah, ya karna kampusku berada di dataran tinggi dan daerahnya dekat dengan daerah pesisir.
Kupandangi sekeliling yang begitu indah dengan kesejukan angin pagi yang menembus masuk sampai ketulang-tulang ku. Dalam hati aku bicara " subhanallah, maha besar allah yang begitu hebat dan baik hati menciptakan begitu indah alam ciptaannya ini khusus untuk hamba- hambanya" .
"Eccaaaaa!"
Suara yang mengejutkanku, ya suara dua teman dekatku Devi dan Deva. Si kembar siam beda bapak beda ibu. Dijuluki kembar cuma karna kesamaan nama mereka yang di awali dengan huruf " D" dan di tengah huruf "V". Punya hoby yang sama suka Gosip dan Kepo dengan urusan orang lain, termasuk tentang aku. Kecuali satu yang membedakan mereka, yaitu postur tubuh mereka. Kalo Devi tinggi dan ramping, samalah kaya aku bobot badannya juga sama. Tapi kalo Deva paling gendut diantara kami, secara hobynya makan nggak bisa diatur.
"pagi-pagi udah ngalamun, mending kantin yuk... laper ni belum sarapan" kata Devi dengan logat khas jawanya masih kentel.
" Dasar si Vi jam segini kantin belum buka kalik, lagian benar lagi paling dosen masuk... ntar aj deh abis jam ini" ucap Deva yang sama dengan fikiranku.
Waktu berjalan, kampus mulai ramai dan kelas-kelas mulai terisi diskusi- diskusi dosen yang cukup membuat beberapa orang merasa tegang bahkan mengantuk.
Setelah jam kuliah pertam selesai, aku Devi dan Deva keluar dan menuruti kemauan Devi yang tertunda tadi pagi untuk makan.
"aku duduk di sini... kalian pesen makan dulu, aku udah makan...minum aja ya teh anget"
"ok! yonya" ledek Deva, berjalan kearah ibu kantin "
rames dua, teh anget tiga ya bu di meja sana" ucap Deva sambil menunjuk arah meja yang kami tempati.
"ya nduk" jawab ibu kantin.
"hari ini kita full ya, ach padahal aku mau nonton sepak bola turnamen antar fakultas, sambil cuci mata...hahaha" ucap Devi sambil cengengesan.
"kamu mau cucimata, perlu tak bawain sabun biar bersih...hhh" kata Deva, aku hanya tersenyum mendengar celotehan mereka yang mulai berdebat kecil.
"kayaknya nggak perlu cucimata nanti deh... sekarang juga udah bening ni mata"
kata Devi, yang tiba-tiba berpaling pandangan ke arah belakangku. Dengan serentak aku dan Deva menengok ke belakang mengikuti arah pandang Devi dan melihat seorang pemuda yang tampan, rapi, santun dan senyumnya khasnya. Ya dia kak Fikri senior kami dan idola kami juga, tapi cuma Devi dan Deva yang begitu menggilainya.
"hemmm.... subhanallah senyumnya nembus sampe hati, ke jantung, ke perut ..." kata Devi dan Deva saut-sautan "kalian terpesona apa laper" jawab ku, memandangan mereka bingung.
"laper si....hahahah" kata Deva dibarengi dengan tawa buyar kami. Mereka mulai menyantap makanan mereka dan aku duduk di dekat meraka. Aku merasa ada yang memperhatikanku, berlahan aku menoleh kearah sosok itu dan benar kak Fikri yang duduk tak jauh dari tempat kami, hanya tersekat beberapa tempat duduk. Aku tersenyum reflek sambil mengangkukkan kepala mengisyaratkan salam. Dia membalas dengan senyum khasnya juga. Karena merasa malu aku langsung berpaling sambil meminum teh hangat pesananku.
" hah, perut kenyang hati pun senang" ucap Deva dengan senyum sumringahnya dan menepuk-nepuk perutnya. Aku hanya tersenyum dan melanjutkan melihat gambar-gambar cepretanku di hp. Devi yang sibuk ngemil sambil memperhatikan Fikri yang tertangkap basah memandang ke arah kami " hey Ca, liat tu kak Fikri liatin kamu dari tadi"
"hem... sotoi mungkin dia lagi ngliatin kearah belang ku, keliatannya aja liatin aku, jangan ngaco dech" sangkal ku sambil tersenyum terpaksa dan sedikit gugup.
"ach... kamu ni nggak percayaan si, kayaknya kalo kamu sama dia cucok deh" tambah Devi
"yap cucok B.G.T" sahut Deva
"hust... gak usah ngarang dech, perpus yuk aku mau cari buku buat materi besok" ucapku untuk menghentikan hayalan mereka.
"ach, kamu ni Ca sampai kapan si mau jomblo... kesempatan cuma datang satu kali" kata devi .
"heh ngomong apa si, dasar ibu-ibu ... cepet bayar " putusku. Kami keluar kantin dengan diam-diam aku melihat kearah kak Fikri yang kebetulan sedang menghadap kearah kami dan melempar senyum padaku. Aku membalas senyumnya dengan cepat berpaling menyusul Deva dan Devi.
Ku pilah-pilah buku-buku di rak. Sementara Deva dan Devi asik dengan laptop mereka, dengan srius aku mencari buku yang ku cari tiba-tiba
" cari buku ini?! "
suara yang mengejutkanku hingga membuatku sedikit melonjak, segera ku balikkan badan dan ternyata kak Fikri yang berdiri tepat di belakangku dengan menyodorkan buku yang ku cari.
"hem" reflek krna kaget " i-iya...kok tau...makasi " gugup sambil menerima bukunya.
"ya tau... kebetulan hasil search kamu di komputer belum keluar dan kebetulan juga aku melihat buku ini masih di meja, mungkin ada yang baru membacanya" jelas kak Fikri dengan menebar senyumnya padaku.
"oow gitu, makasi kak kalo gitu aku kesana dulu ya" jawabku dengan menunjuk meja tempat duduk Deva dan Devi.
"oh, ok! Sama-sama" aku berjalan ke arah Deva dan Devi
"eee tunggu!" baru seperempat langkahku aku kembali membalikan badan ku kearah kak Fikri
"ya! Kenapa kak?"
"nggak, nanti ada seminar mengenai sistematika pembuatan karya tulis ilmiah dan kebetulan aku jadi panitianya kalau kamu dan teman-temanmu bersedia ikut kegiatannya untuk tambah - tambah referensi " dengan tersenyum berharap
"oh ya kak insyaallah ya, Makasi infonya" jawabku sambil tersenyum lembut.
"ok! See you" balas kak Fikri sambil tersenyum dan meninggalkan tempatnya berdiri tadi. Aku melanjutkan langkahku dan berfikir, kapan kak Fikri berjalan kearahku apa karna aku terlalu khusuk mencari buku sampai tak tau kalau ada orang diblakangku. Hem mungkin hanya kebetulan, aku berjalan sambil senyum-senyum tak jelas.
"hey! Ca, wah so sweet! Jadi ngiri ni ... hahahaha " sahut Deva dan Devi yang ternyata sedari tadi mereka memperhatikanku dengan kak Fikri dengan ekspresi muka mereka yang sok imut.
"hem. apaan si gak usah ngeres dech tadi cuma kebetulan aja"
"kebetulan kok sampe dua kali si" bantah Deva menggodaku.
" dua kali?... Kapan? kan baru ini " sangkalku penasaran sambil mengingat-ingat " dua kali dong, yang tadi di kantin diam-diam curi pandang ke arahmu dan yang kedua masak tiba-tiba dia ada saat kamu butuh bantuan, udah kaya jin aja... hahaha" tambah Devi mendukung Deva dan mereka saling cekikikan, membuatku memanyunkan mulutku.
"suuuutttt.... mohon tenang, jangan membuat kegaduhan di sini!" ketus petugas perpustakaan, yang sontak menghentikan acara cekikikan Deva dan Devi yang mulai clinguran mengganti ekspresi mereka.
"ach kalian... udah yok keluar... jam berapa ni? harus masuk kelas nanti telat". Sambil memasukkan buku ketasku dan beranjak berjalan mendahului Deva dan Devi.
"yuuukk, capcus.." tambah Deva mengikuti langkahku.
"ech Ca, tadi kak Fikri bilang apa?" Devi ternyata masih penasaran " mau tau aja?, apa mau tau banget?... hem" jawabkku sambil yengir meledek.
"ach, aku srius ca!" tambah Devi merengek.
"hehe... nggak dia Cuma bilang nanti ada seminar karya tulis ilmiah dan meminta kita untuk ikut, kalau bisa..." jawabku santai .
"bisa! Ayo berangkat sekarang" jawab Deva Devi serentak yang membuat ku bingung dan kaget memandangan mereka berdua bergantian. Yang menunjukkan wajah binar mereka.
"hey! Kalian kita kan ada kelas sekarang, nanti aja abis kelas kita selesai" jawab ku kesal dan meneruskan langkahku.
"hem, kalau nanti keburu habis acaranya Ca!" pinta Deva merengek sambil menarik-narik tangan kiriku.
"memang kenapa kalau selesai... kan masih ada acara lagi kapan-kapan gak harus sekarang kan?" jawabku santai.
"tapi, kalau besok-besok belum tentu kak Fikri ikutkan" bantah Devi. Yang membuatku terhenti dan berbalik memandang mereka.
"haduh, teman-temanku sayang, kalian mau ikut seminar untuk ketemu kak Fikri atau mengambil ilmunya?"
ketemu kak Fikri!"
serentak mereka menjawab keras sampai semua orang yang ada di sekitar kami memandangi kami. Yang membuatku terkejut dan melihat kesekeliling ku, ya Deva Devi sukses membuat kami dijadikan perhatian. Deva dan Devi menutup mulut mereka dengan tangan masing-masing, aku memandanng mereka tersenyum heran kepada mereka sambil berjalan meninggalkan mereka.
"Ca tunggu, kamu si Va keras- keras"
"yee, kok aku si kamu juga kan iya" mereka berdepat saling menyalahkan.
Aku hanya tersenyum melihat mereka saling menyangkal. Aku keluar kelas dan tiba-tiba Deva dan Devi menarik tangan kanan dan kiriku berlari menuruni tangga.
"hey!... kalian kenapa si? Mau kemana? Pelen-pelan donk!" pintaku dengan ekspresi heran yang mereka sambut dengan senyum santai mereka.
"udah ayo ikut keburu telat!"
"hem untung belum selesai, ayo duduk!" pinta Devi menarikku duduk di tengah mereka berdua.
Aku masi keheranan melihat Deva dan Devi bergantian, yang ternyata membawaku ke seminar yang di tawarkan kak Fikri "hem ... dasar modus kalian, bilang aja mau liat kak Fikri pake buru-buru.... pelan-pelan kan bisa" "suuuuuttttt!" serentak Deva Devi memotong omelanku menyuruhku diam tanpa menoleh kearahku.
"hem, subhanallah kak Fikri santunnya kalo ngomong, gaya bicaranya lembut"
Devi sambil menyanggah dagunya dengan tangan kanannya tanpa berkedip memandangi kak Fikri yang sedang memimpin diskusi.
"betah dech sampai besok di sini" tambah Deva dengan ekspresi yang sama. Aku tengak tengok sesekali melihat mereka dengan tersenyum heran, heran karna melihat mereka begitu terpesona dengan sosok kak Fikri. Memang tak bisa di sangkal sosok kak Fikri yang baik, tampan, soleh, sopan pula. Jadi wajar kalau banyak gadis-gadis mengidolakannya. Aku beranjak berdiri karna acara sudah selesai. Tapi Deva dan Devi masih melongo memandangi kak Fikri sambil senyum-senyum sendiri .
"hey! Plok! " ucapku sambil menepuk tanganku di hadapan mereka dan mengagetkan mereka.
"ahh...kamu Ca ganggu orang aja" jawab Devi dengan nada kesal dan melanjutkan posenya.
"hey kalian liat donk udah sepi acaranya udah selesai sayang....ayo pulang udah soreni" aku berjalan meninggalkan mereka dan mereka mengikutiku.
"Ca, kamu kenapa si?" tanya Deva
" kenpa? Kenapa apanya? " aku heran dengan pertanyaannya " ya, kenapa? Gak kayak cewek lain yang kalau di deketin kak Fikri tu gugup, terpesona, kagum, gak bisa ngomong... kamu malah biyasa aja... apa jangan-jangan..."
"jangan-jangan apa!" sautku memotong kalimat Devi. "jangan-jangan kamu gak suka sama cowok ya?"kata Devi yang mengagetkanku
"hey, kalian ni ngaco dech kalo aku gak suka cowok knapa aku nggak macarin kalian aja" jawabku santai, menaikan sebelah alisku menggoda mereka.
"hiiiii, Deva aja ni aku gak mau" ekspresi alay devi muncul
"hhh, nggak becanda, memang kak Fikri patut untuk di kagumi tapi bukan berarti harus terlalu mengaguminya, dan aku lebih mengagumi Allah karna dia yang menciptakan mahluk yang kalian kagumi itu ... ya nggak!"
"ya!... Bu Ustad" jawab serentak mereka
" yap! Anak pinter" di barengi dengan tawa lepas kami.
Sampai di komplek rumah, aku berhenti sebentar untuk duduk di tepi danau yang tak jauh dari rumahku. Untuk menikmati sepoy-sepoy angin sore dan melihat sang surya tenggelam. Aku pejamkan mataku, menghadapkan wajahku ke arah langit menikmati sejuknya angin meniup-niup tubuhku dengan membawa harumnya bunga-bunga dan aroma air yang khas. karena telalu lelap dalam pesona itu, sampai - sampai lupa waktu.
Ku lihat jam di tanganku ternyata sudah hampir jam lima sore. Aku segera bangun dan terhenti pandanganku melihat seseorang yang berada di sebrang danau, tepatnya di depanku. Laki-laki yang sedang asik dengan kameranya. Aku berbalik dan melangkah pulang.
"tok...tok...tok.... asalamualaikum"
"walaikum salam" suara ibuku, membukakan pintu dan ku raih tangannya kemudian ku cium punggng tangannya.
"cepat mandi, kita solat magrib bareng, setelah itu makan"
"ya, buk" jawabku sambil berjalan kekamar. Kuletakkan tasku kemudian mengambil handuk bergegas mandi. Beginilah keseharianku dengan keluargaku, selalu mewajibkan untuk solat berjamaah dan makan bersama. Setelah makan aku iseng-iseng membuka facebook untuk sekedar melihat-lihat updetan anak-anak. Ada pesan inbok dari kak Fikri yang baru saja di kirim " asalamualaikum Ca?"
"walaikumsalam kak"
"gimana tadi seminarnya paham?"
"insyaallah paham kak"
"alhamdulillah, Ca boleh minta no hp kamu? Buat kalau-kalau nanti ada info biar bisa bagi-bagi... hehehe" hal yang membuatku kaget dan senyum-senyum sendiri " hhh... iya kak, 089765554xx"
"ok! Makasi ya... udah malem tidur jangan malem-malem tidurnya gak baik buat kesehatan... ok see you ca!"
"hhh ya sma" kak, ok see you too!"
Hal yang masih membuatku bingung dan ada rasa bahagia, kak Fikri minta nomor hp ku. Hal yang mungkin didambakan kebanyakan wanita. Mungkin kalau Deva dan Devi yang mengalaminya bahagia mereka akan serasa dapat uang miliyaran rupiah dengan bahasa alay mereka. Karna sudah malam dan sudah mulai menguap aku memutuskan untuk tidur.
Sepertinya baru semenit aku menutup mata, tiba-tiba sudah subuh. Kebetulan hari ini aku libur jadi kuputuskan setelah solat subuh aku dan ayah pergi keluar untuk joging mengelilingi danau. Setengah perjalanan aku melihat laki-laki yang sepertinya kemarin juga aku melihatnya.
"asalamualaikum nak David!" sapa ayah yang membuatku terkejut dan reflek memandang ayah yang tersenyum kearah laki-laki itu.
"walaikumsalam om!... wah rajin joging ya om" jawab laki-laki itu dengan sopan.
"ya begitulah untuk menjaga tulang-tulang tua yang mau kropos ini...
hahaha" ucap ayah yang memancing tawa kami.
"oh iya nak David, kenalkan ini anak om Ecca" aku sambut menganggukkan kepala dan senyum kearahnya.
"oh, ya salam kenal... Eavid" mengulurkan tangannya dan kutrima dengan sambutan tangan dan senyum. "Ecca"
"oh ya, gimana udah dapet sample fotonya, gimana baguskan panorama di sini?" tanya ayahku dengan senyum membanggakan pendapatnya.
"ya, tentu sangat indah, tapi saya sedang mencari suasana damai seperti di persawahan dan kebun milik penduduk desa"
"benarkah, kebetulan di dekat sini ada area persawahan penduduk"
"wah benarkah, bisakah om mengantarkan saya"
"wah gimana ya, maaf nak David hari ini om nggak bisa, ada urusan yang mendesak, tapi kalu mau biar Ecca yang mengantar, gimana Ca?" tanya ayah yang membuyarkan lamunanku.
"hem" jawabku kaget " ya insyaallah yah"
"kok insyaallah, kamu kan libur dari pada bengong di rumah lebih baik jalan-jalan sambil menghirup udara segar luar"
"kalo tidak bisa tidak pa-pa om, mungkin lain kali bisa" jawab David
"tidak-tidak Ecca bisa kok, ya kan Ca?"
"eem, iya yah" jawabku sambil tersemyum ya waluapun agak terpaksa, sebenarnya aku ingin menghabiskan waktu liburku dikamar seharian. Tapi tak apalah itung-itung nambah pahala.
"alhamdulillah" kata ayah, kami melanjutkan berkeliling danau sembari ayah mengobrol dengan David. Lelaki yang baru ku kenal itu, sosok pria dengan tubuh yang tinggi ramping, potongan rambut mandarin dengan kacamata yang membingkai kedua mata coklatnya, yang menurutku cukup sopan dan sepertinya baik. Aku berjalan di belakang mereka sambil melihat-lihat keindahan sekitar danau. Saking asik melihat pesona danau yang indah dan sayang untuk di tinggalkan, sampai aku tak melihat ada lubang di depanku.
"ya Allah! aww Ayah!" triakku sambil menahan sakit karna sepertinya kakiku terkilir
"ya Allah Ca! Kok bisa si ati-ati to nduk-nduk "Ayah mengangkatku, di bantu David yang memeriksa kakiku.
"aaww... ya Allah ..sakit-sakit!, jangan di sentuh dech" pintaku menghentikan sentuhan tangan David di kakiku.
"kamu kesleo, bentar ya tahan sedikit" aku hanya bisa mengangguk dengan ekspresi menahan sakitku, Davit mencoba memijat kakiku.
"sudah, mungkin kamu masih sulit berjalan pasti sakit" kata David
"ya sakit, tapi mudah-mudahan gak papa "
"aku tuntun sampai rumah ya?" terdengar saura dan raut wajah kawatir David, yang membuat ku sedikit tercengang dan kembali tersadar . menggelengkan kepalaku.
"oohh gak usah kan ada Ayah, makasi, maaf ya kayaknya nanti gak bisa nganterin kamu dech"
"oh, gak pa-pa lain kali kan bisa... ya kan om"
"ya donk pasti, ya sudah om pulang dulu kasian Ecca biar langsung di urus ibunya"
"ya om, ati-ati asalamualaikum"
"walaikumsalam" jawab Ayah sambil menuntunku pulang, dengan berlahan aku berjalan menahan rasa sakit hasil kesleo tadi.
"bu!... bu! ... tolong anakmu ini, keseleo dia"
"ya Allah nak kok bisa to" Ibu berlari kearahku dengan wajah kawatir. Membuatku tersenyum karna raut wajahnya lucu kalo kawatir hhh.
"sudah biar istirahat dulu di dalam beri minyak gosok kakinya biar nnggak bengkak buk" jawab Ayah menghentikan kekawatiran Ibu.
"iya pak!...ayo-ayo nduk... haduh-haduh kok bisa to nduk-nduk ada-ada aja kamu ini"
(((Eet...tahan dulu,sambungannya disebelah.nmr 2..)))

Saya mengucapkan
Terimakasih anda sudah membaca post ini yg ber judul
"Novel Oryzaee Kun Fayakun Cinta.".
-----------------------------------------------------------------------------
"Renungkanlah ...
Musibah dan kegagalan itu adalah cara tuhan mengingatkan manusia,bahwa,hanya DIA lah yg berkuasa atas segala keinginan dan kehendak."
Tetap semangat dan Salam Sukses.


share to:

No comments:

Post a Comment

Yusrian ARP

Musibah dan kegagalan adalah cara tuhan mengingatkan manusia bahwa hanya Dialah yg maha berkuasa atas segala keinginan dan segala kehendak

Read More

Kumpulan puisi Idris Wahid

Puisi-puisi Idris Wahid Sajak Para Malaikat Puisi yang belum selesai, kini membangunkan aku dari mimpi hidup, ia menemui malaikat Rahman ...

Foto Saya
My Photo
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS